Senin, 25 Februari 2013

Take a profit from your bestfriend

Dimulai dari ketidak-sengajaan, kami pun bertemu melalui Facebook (FB). FB sungguh mampu mempertemukan orang-orang yang lama sekali tidak bertemu dan mungkin banyak orang yang sempat berpikir mustahil untuk bertemu sekali lagi.

Mulai dari accepted friend, bertukar No HP, ngobrol, berbalas pantun tak jelas di-FB  dan hingga bercerita perjalanan hidup satu sama lain.
Luar biasa dari yang tidak pernah akrab menjadi akrab, begitu lugasnya saling mengungkapkan kanvas hidup yang pernah dilalui sejak remaja hingga dewasa.




Tak letih kamu mempertegas sayapmu yang terluka, walau tak ku temukan patah dan cacat apapun pada sayapmu.
Saat aku mengatakan tak ada masalah di sayapmu, lalu kamu katakan kakimu keram dan tak mampu terbang lagi hingga ada yang memberi semangat.

Salahmu, pikirmu penyemangatmu itu harus sesosok Dewi (yang notabene pernah ada yang berhasil memporak-porandakan esensi bahagiamu) dan tak ada banggamu pada dirimu sendiri padahal kunci bahagia dan kemampuanmu untuk kembali terbang ada didirimu sendiri.

Kamu asik mencari keterpurukanmu dan yang aku lakukan hanya mencoba membantu agar kamu menaiki tangga semangat dan tangga berjuang hidup sekali lagi, yang walaupun kamu sadar betul dimana letak tangga itu dan seharusnya telah kamu naiki sejak dulu.




Entah dimulai darimana juga ketidak-terbukaan kita sebagai sahabat, berulang-kali pun kau ungkapkan aku saudaramu, aku sahabatmu, aku adalah hal-hal yang baik untukmu. Dan tak mungkin katamu ada yang dapat menghancurkan persahabatan kita ini sekalipun itu cinta yang akan mendatangi satu sama lain.



Bukankah kamu yang mencoba mengulur persahabatan kita karena mencoba mencari Dewi beberapa kali? Baik sebelum maupun sesudah kamu menemukan seorang Dewimu (yang akan ku sebut Ibu Suri setelah ini), sungguh TIDAK ADA SEMANGATKU UNTUK MENCEMBURUIMU, seperti yang dituduhkan Ibu Surimu kepadaku.

Aku sungguh telah menemukan Pangeran dihatiku yang akan menyapaku agar aku menjadi Ratunya, dia sungguh Rajaku, tak bisakah Ibu Surimu melihat itu?

Kalut melihat kecerdasan penampilan dan bijakku, Ibu Suri semakin cemas dan khawatir serta berkali-kali engkau katakan salahnya, dan salahmu, dan kamu akan mencoba memberi pengertian pada kekerdilan Ibu Surimu agar tahu benar siapa aku dan akan menjadi Ratu bagi siapakah aku ini nantinya.


Setelah Ibu Suri berhasil menggengammu dalam sarangnya, dan berhasil mengatakan aku racunmu. Lalu siapa yang telah memulai cuci tangan di-FB? Bak gayung bersambut, tak adakah niatan gentle-mu untuk mendidik Ibu Surimu itu? Tapi berkali-kali maafmu menghampiri sabarku, hingga terakhir kau mengirim pesan melalui SMS ttg betapa tak sanggupnya kau mengontrol emosinya dan emosiku?

Dan hebatnya, setelah kau sahabatku (atau ex-sahabat agar Ibu Surimu bahagia) berhasil diretakkan persahabatakan kita, entah kenapa satu demi satu kebenaran menghampiriku tentang predikat tak jelas Ibu Surimu itu?
Tak akan berani keluar dari mulut pengakuannya, apa saja yang pernah ditawarkan ke Dewa-dewa sebelumnya, bukan satu itu, tapi yang satunya lagi.

Kutukmu akan cerita cintamu, bahwa kau tak akan pernah jadi yang ke-3 dari hubungan cinta apapun. Tapi kini ku haturkan Selamat! Kau adalah pihak ke-3" dan mungkin bukan salahmu jika Ibu Suri menipumu tidak ada yang lain selain kamu, tapi mengapa yang ku dapatkan sebaliknya? Aku yang berbohong? Atau kau tidak sanggup mendapatkan kebenaran dari kata-kataku?


Sejak peristiwa itu, Pangeran yang telah menjadi Rajaku mengingatkan aku betapa tidak pentingnya memiliki sahabat seperti itu, maka ku putuskan belajar baik-baik, karena kau sahabatku yang ku kira baik, ternyata hanya mengambil keuntungan saja dariku.
Buktikan jika kataku ini tidak benar? Adakah Saksi Hidupmu yang menyatakan aku ini salah? Karena aku punya!

Bagaimana kau tidak mengambil keuntungan dariku atas persahabatanku? Karena ku beri kau semangat dan tawa setiap hari tapi terbakar hatimu karena bernafsu mendapatkan Dewi?

Sesaat kau ketik aku bukan sahabatmu, di sepersedetik itupun aku membacanya dan aku paham. Jika kau benar sahabatku, tak perlu ada penjelasan rumit karena tak mungkin ada niatanku untuk MENCURANGIMU atau MENJAHATIMU atau MENGAMBIL KEUNTUNGAN DARIMU. Aku ini sahabat, tak mau mengambil apapun darimu.


Review lagi, sekali lagi, dan terus lagi, apakah aku musuhmu? Atau aku hanyalah seorang sahabat yang terjebak dalam skenario percintaanmu?

Ku pikir, ku timang, ku pertimbangkan lagi, aku tak membenci Ibu Surimu. Aku marah dan kecewa padamu yang menjadikan aku alasan karena ketidak-sanggupanmu meyakinkan Ibu Suri adalah satu-satunya pilihanmu. Jika benar pilihanmu, apakah Ibu Suri akan meminta seluruh kata kunci hidupmu? Mengapa tidak sekalian PIN ATMmu dan KATA KUNCI asuransi kematianmu?

Setelah ku timang2 ini saja lah yang jadi pakemku:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar